Resensi Buku “Aku Ini Binatang
Jalang”
Judul Buku : Aku Ini Binatang Jalang
Penulis : Chairil Anwar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama
Tahun Terbit : 2016
Cetakan : Kedua puluh lima, Juni
2016
Tebal Buku : 131 Halaman
ISBN : 978-602-03-3244-4
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Maret 1943, Puisi ‘Aku’ oleh Chairil
Anwar)
Aku Ini Binatang Jalang
merupakan buku yang berisi kumpulan puisi yang dibuat oleh penyair besar
Indonesia yaitu Chairil Anwar. Tak hanya kumpulan puisi dalam buku tersebut
juga terdapat kumpulan surat yang dikirim Chairil Anwar kepada H.B Jassin
kritikus sastra yang turut membesarkan nama Chairil Anwar dalam dunia sastra di
Indonesia. Chairil Anwar dikenal sebagai
sastrawan pelopor Angkatan 45 melalui puisi-puisnya yang begitu kritis dan penuh dengan makna
tersirat. Dari larik-larik yang terdapat pada setiap puisi Chairil Anwar sangat
jelas menggambarkan vitalitas dan sisi lain kehidupannya yang tergambar yang
mungkin tidak bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini, yakni
kejalangannya. Sebagai ‘Binatang Jalang”-lah Chairil Anwar merupakan lambang
kesenimanan di Indonesia. Bukan Rustam
Effendi, Sanusi Pane, atau Amir Hamzah tetapi Chairil Anwar yang dianggap
memiliki seperangkat ciri seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka
keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya
menjengkelkan. Sejumlah anekdot telah lahir dari ciri ciri tersebut. Tampaknya
masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan
lebih sering tergoda oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan
golongan “binatang jalang” ini adalah orang sakit jiwa.
Salah satu puisi Chairil Anwar yang hingga kini
digandrungi oleh masyarakat Indonesia adalah puisi “Aku”, dari puisi tersebut
ia seolah menceritakan bahwa dirinya ingin hidup seribu tahun lagi. Namun hal
itu justru tidak sesuai dengan espektasinya dikarenakan Chairil Anwar meninggal
dalam usia yang masih sangat muda yaitu 27 tahun. Puisi tersebut ditulis enam
tahun sebelum ia meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan di Karet, yang disebutnya
sebagai “daerah y.a.d.” dalam “ Yang Terampas dan Yang Putus” sajak yang
ditulisnya beberapa waktu menjelang kematiannya pada tahun 1949.
Meskipun saat ini Chairil Anwar telah tiada namun
sajak-sajaknya yang begitu indah masih hidup ditengah-tengah masyarakat
Indonesia. Dalam hidupnya yang singkat, Chairil Anwar telah menghasilkan puisi
yang akan terus hidup seribu tahun lagi.
Kelebihan
dan Kekurangan :
Ø
Kelebihan Buku
Sajak-sajak Chairil Anwar yang sederhana tanpa terlalu banyak hiasan dikemas
sangat menarik dalam buku ini yang akan membawa para pembaca berimaginasi dari
setiap larik-larik dalam puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar.
Ø
Kekurangan Buku
Bagi
para pembaca “awam” dalam dunia sastra akan kesulitan memahami beberapa larik
dalam puisi ataupun sajak Chairil Anwar,
sehingga perlu dibaca berulang-ulang.
Kesimpulan
Ø Buku
ini sangat menarik untuk dibaca oleh semua kalangan karena dengan membaca buku
ini kita akan mengenal sosok Chairil Anwar lebih dalam lagi. Tak hanya itu buku
ini akan memanjakan imaginasi para pembaca khususnya bagi pembaca yang sangat
menyenangi dunia sastra.
Sumber referensi : Buku Perpustakaan Pusat UNY ( http://library.uny.ac.id
)
Link sumber referensi :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=53639&keywords=Aku+ini+binatang+jalang
Link sumber referensi :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=53639&keywords=Aku+ini+binatang+jalang
Karya-karya yang luar biasa dari seorang Pujangga kebanggaan Bangsa
BalasHapus