Pertemuan minggu keempat
Ni Luh Sriyani (18413241001)
TOLERANSI DALAM KEBERAGAMAN
Rabu, 19 Februari 2020 seharusnya merupakan pertemuan
keempat untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan, namun hari itu saya tidak
mengikuti kelas secara formal dikarenakan masih merayakan hari suci Hindu di
Bali. Di pertemuan keempat seharusnya saya mendapatkan materi tentang sejarah
pendidikan dan diharuskan untuk mengunjungi museum pendidikan, namun karena
acara di Bali berlagsung selama satu minggu alhasil saya belum sempat untuk
mengunjungi museum pendidikan dan belum mendapatkan materi tentang sejarah
pendidikan. Meskipun begitu, saya sudah berjanji dan bertekad pada diri sendiri
untuk mengejar ketertinggalan selama satu minggu dengan mencari dan mempelajari
materi secara mandiri dan mengunjungi museum pendidikan ketika sudah di
Yogyakarta.
Selama satau minggu ijin tidak mengikuti kelas membuat
saya merasa agak khawatir akan ketinggalan banyak materi, namun saya
mendapatkan nasehat dari ibu saya bahwa untuk beberapa kali tidak apa untuk
mengambil jatah skip kuliah hehe, karena alasannya memang logis dan penting.
“kebersamaan dengan keluarga saat-saat hari raya tetap harus diprioritaskan
nak, ketinggalan satu atau dua mata kuliah tidak apa, materinya bisa dikejar
asalkan kamu tekun kok.” Kata ibu memberikan nasihat. Akhirnya saya
menghilangkan kekhawatiran terhadap ketakutan-ketakutan saya, benar kata ibu,
kebersamaan dengan keluarga sesekali harus diprioritaskan. Saya percaya bahwa,
meskipun saya tidak bisa mengikuti kelas secara formal di hari itu, namun saya
yakin bahwa setiap hari saya selalu mendapatkan kelas. Kelas kehidupan. Hehe
Keteladanan yang saya alami waktu itu adalah tentang
arti sebuah toleransi. Ketika saya merayakan Hari Suci Galungan di Bali, banyak
sekali dari teman-teman non-hindu yang menghubungi saya untuk sekedar
mengucapkan selamat hari raya. Bagi saya, hal kecil semacam itu merupakan
bentuk toleransi kita sebagai manusia dalam memaknai perbedaan dan keberagaman
yang begitu majemuk di Indonesia. Harapannya, semoga kita bisa meningkatkan
kesadaran tentang arti sebuah toleransi yang seyogyanya dipupuk sejak usia dini
melalui penanaman nilai-nilai kemanusiaan mulai dari skala kecil. Memupuk
toleransi mulai dari hal-hal kecil merupakan langkah awal untuk menerima dan
menghargai pluralisme atau keberagaman di Indonesia.
Dari peristiwa tersebut saya belajar bahwa toleransi
merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilaksanakan demi menjamin
persatuan antar sesama umat manusia tetap terjaga dengan baik. Toleransi
tersebut bisa dipupuk sejak dini melalui tindakan-tindakan yang berskala kecil
hingga skala besar. Toleransi akan memperkuat kita sebagai bangsa yang utuh dan
bermartabat. Jagalah persatuan bangsa dan mari memupuk toleransi sejak dini
mulai dari hal-hal kecil.