Kamis, 21 Mei 2020

Etika dan Profesi Keguruan #16

Pertemuan minggu keenambelas
Ni Luh Sriyani (18413241001)

SAYA INGIN MENJADI SEORANG GURU

    Rabu, 13 Mei 2020 merupakan minggu keenambelas atau pertemuan terakhir untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan. Di pertemuan terakhir ini, mungkin tak banyak pengalaman yang akan saya ceritakan. Namun, kali ini saya akan menggunakan episode terakhir dari diary ini dengan menceritakan kesan dan pesan saya selama belajar dan mengikuti kelas di mata kuliah ini, baik di awal ketika perkuliahan berlangsung secara tatap muka maupun ketika perkuliahan harus diganti dengan sistem daring karena wabah pandemi virus corona.

    Kalau boleh saya katakan sejujurnya, mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan adalah salah satu mata kuliah favorit di semester 4. Bagaimana tidak, menurut saya matkul ini sangat merangsang dan memotivasi saya untuk membulatkan tekad menjadi seorang guru atau tenaga pendidik kelak di kemudian hari. Banyak hal yang saya pelajari di matkul ini, utamanya tentang apa, siapa, dan bagaimana profesi guru itu sendiri. Tentang pengertian guru yang tak sesempit kita kira, tentang sosok guru yang tak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga pendidik, tentang bagaimana mulianya profesi guru, tentang tantangan menjadi seorang guru, dan banyak hal lain tentang guru yang saya pelajari di mata kuliah ini.

    Pelajaran yang saya dapatkan di mata kuliah ini akhirnya membawa saya pada suatu keyakinan bahwa saya tidak salah berada di kampus UNY, kampus pendidikan. tidak salah rasanya berada di FIS jurusan Pendidikan Sosiologi ini. Saya percaya bahwa keberadaan saya disini terjadi karena sebuah alasan. Everything happen for a reason. Mata kuliah ini telah mendorong saya untuk membulatkan tekad agar kedepannya saya lebih fokus mempersiapkan diri menjadi seorang guru. Persiapan tersebut tentunya saya lakukan dengan berbagai hal, mulai dari belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh, mengikuti kepanitiaan untuk mengukir banyak pengalaman, dan banyak hal lain lagi.

    Terakhir, saya hanya mau mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini. Terimakasih telah membangkitkan semangat belajar, terimakasih telah mengantarkan saya pada sebuah keyakinan bahwa suatu hari nanti saya memang harus menjadi seorang guru, karena keberadaan saya di kampus ini memang untuk mewujudkan cita-cita, dan pada akhirnya saya telah menemukan bahwa cita-cita saya tak lain dan tak bukan adalah ingin menjadi seorang guru.

    Terimakasih telah banyak menginspirasi Bapak Dosen. Semoga kelak saya juga bisa menginspirasi banyak orang. 

Etika dan Profesi Keguruan #15

Pertemuan minggu kelimabelas
Ni Luh Sriyani (18413241001) 

KEHILANGAN DOMPET 

        Rabu, 06 Mei l 2020 merupakan pertemuan minggu kelimabelas untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan. Seperti biasanya perkuliahan tetap melalui daring mengingat situasi pandemi corona di Indonesia belum kunjung usai. Hari ini saya akan menceritakan pengalaman saya ketika secara langsung menolong seorang ibu yang kehilangan dompet dengan jumlah uang yang cukup banyak dalam dompet tersebut.

        Cerita ini berawal ketika seorang ibu membeli dua krat telur untuk dimasak, kemudian ibu tersebut membayarkan sejumlah uang dan menerima kembalian lalu dimasukan ke dalam dompet. Beranjaklah ibu tersebut dari toko dan bergegas pulang tentu untuk memasak telur yang sudah dibeli toko ini. Namun, selang beberapa menit ibu tersebut kembali datang dengan wajah yang khawatir dan sedikit terlihat cemas. Bertanyalah saya pada ibu tersebut mengenai apa gerangan yang terjadi sehingga ibu tersebut datang ke toko dengan wajah yang begitu menyedihkan, kemudian ibu tersebut mengatakan bahwa ia telah kehilangan dompet yang isinya adalah sejumlah uang yang cukup banyak dan identitas pribadi seperti KTP, SIM, dll juga terdapat dalam dompet tersebut. Ibu itu pun menjelaskan bahwa ia rasa telah kehilangan dompet ketika ia menyadari ada sesuatu yang jatuh dari sepeda motornya sewaktu di perjalanan. Dan barulah ia menyadari bahwa benda yang jatuh tersebut adalah dompetnya, dan benar pula ketika diperiksa dompet tersebut sudah tidak ada. Ibu itu kebingungan bagaimana harus menemukan kembali dompetnya mengingat isi dalam dompet itu sangatlah banyak dan tentu sangat berharga bagi ibu itu.

        Akhirnya saya berinisiatif untuk menelusuri jalan yang dilalui oleh ibu itu dan berharap bisa menemukan dompet yang hilang tersebut. Dan hasilnya dompet itu saya temukan terjatuh di sebuah selokan, tapi saya enggan untuk membuka isinya dan memutuskan untuk langsung menghampiri ibu itu serta memberikan dompetnya. Sebenarnya saya ragu apakah isi dompet itu masih ada ataukah tidak, mungkin saja ketika saya menemukan dompet itu sudah ada orang lain yg sebelumnya sudah menemukan lalu mengambil isinya kemudian dompetnya dilempar ke selokan.:(

        Namun, setelah dompet itu dibuka, ternyata isinya masih utuh tanpa kurang sedikit pun. Hatiku terasa lega, akhirnya dompet ditemukan dan kesedihan yang sempat terpancar dari raut wajah ibu itu seketika sirna diganti dengan raut wajah kegembiraan dan penuh syukur serta mengucapkan terimakasih pada saya.

        Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian di atas adalah tentang bagaimana seharusnya kita sebagai manusia untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran. Serta selalu mengedepankan prinsip untuk senantiasa menolong sesama manusia. Alangkah baiknya jika sesama manusia rasa tolong menolong selalu dipupuk agar urusan kita di dunia dimudahkan kedepannya. Salam kebajikan.

 

Etika dan Profesi Keguruan #14

Pertemuan minggu keempatbelas
Ni Luh Sriyani (18413241001)

RUANG REFLEKSI DAN BELAJAR BANYAK HAL 

    Rabu, 29 April 2020 merupakan pertemuan minggu keempat belas untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan. Hari ini saya akan menceritakan pengalaman saya ketika bersama-sama merayakan Hari Kartini tepatnya pada 21 April 2020 di rumah. Pada waktu itu saya dan keluarga merayakannya dengan mengenakan kebaya untuk foto bersama. Selain itu, kami juga sekaligus merayakan ulang tahun kakak laki-laki di rumah sehingga suasana hari itu menjadi benar-benar semarak dan penuh kebahagiaan. Merayakan ulang tahun dan merayakan hari kartini secara bersamaan merupakan momen langka yang pernah saya rasakan mengingat semasa SMA dan masa-masa kuliah saya sangat jarang di rumah begitupula dengan anggota keluarga yg lain yang juga memiliki kesibukan sehingga momen seperti ini memang sangat berharga bagi saya.

    Inspirasi  yang bisa saya dapatkan dari apa yang saya alami adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mungkin di tengah kondisi seperti ini, banyak orang yang mengeluh tak bisa keluar rumah atau keluhan lain yang mungkin boleh kita katakan wajar mengingat kondisi di tengah pandemi ini memang tak pernah diharapkan terjadi oleh seluruh umat manusia. Namun, adakalanya kondisi seperti ini justru bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk lebih dekat dengan keluarga, refleksi diri terkait kekurangan selama ini dan berinisiatif untuk selalu memperbaiki kualitas pribadi ke arah yang lebih baik. Di tengah kondisi seperti inilah kita bisa merasakan hangatnya kasih keluarga, bisa merasakan betapa waktu itu sangat berharga, merasakan betapa pertemuan dengan teman-teman adalah hal yang sangat luarbiasa sehingga kita merindukannya. Perasaan-perasaan seperti itu memang nyata terjadi dan tentu menjadi pelajaran yang amat berarti. Dimana, ketika kondisi telah kembali normal tentu kita akan semakin bisa untuk menghargai arti sebuah pertemuan dengan orang-orang yang kita sayang, arti sebuah canda tawa dengan teman-teman di kampus.

    Hari demi hari yang kita lewati di masa pandemi ini adalah hari dimana kita diberikan ruang lebih lama untuk refleksi diri, menghangatkan kebersamaan dengan keluarga, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan menabung rindu dengan orang-orang yang mungkin saat ini tak bisa kita temui secara langsung. Semoga ketika kondisi telah kembali normal kita telah siap menjalani hari-hari dengan penuh semangat dan selalu memancarkan aura positif terhadap semua orang. 

Rabu, 13 Mei 2020

Etika dan Profesi Keguruan #13




Pertemuan minggu ketigabelas
Ni Luh Sriyani (18413241001)


BERBAGI SAYUR,  BERBAGI CINTA KASIH PADA SESAMA

            Rabu, 22 April 2020 merupakan pertemuan minggu ketiga belas untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan dan seperti biasa hari ini perkuliahan masih dilaksanakan secara daring. Hari ini saya akan menceritakan mengenai sesuatu hal yang terjadi dalam keseharian saya dan mungkin bisa dijadikan teladan atau contoh dalam kehidupan menjadi manusia di bumi ini. Cerita ini berawal ketika pada suatu pagi saya diminta tolong ibu untuk membeli sayur-sayuran di pasar. Namun, karena situasi di tengah pandemi ini keadaan pasar tidaklah normal seperti biasanya, banyak pedagang yg terpaksa harus mencari lapak baru mengingat lapak-lapak di pasar ditutup oleh pemerintah demi mencegah penyebaran covid 19. Salah satu pedagang yang harus mencari lapak baru adalah langganan ibu saya membeli sayur, dan saya terpaksa harus pergi agak jauh dari pasar demi membeli sayur itu. 

        Sampailah di tempat jualan sayur dan saya langsung mengambil beberapa sayur untuk dibeli dan dibawa pulang ke rumah. Namun, ketika saya membayarkan dengan sejumlah uang, pedagang tersebut menolak dan mengatakan pada saya bahwa sayur ini diberikan secara gratis kepada siapapun yang membutuhkan. Pedagang  tersebut mengatakan bahwa ia prihatin melihat kondisi di tengah pandemi ini, dimana banyak dari masyarakat yang kesulitan untuk membeli bahan-bahan pokok untuk dimasak seperti sayur, buah-buahan, dll.  dan pedagang tersebut berinisiatif untuk memberikan hasil panen sawahnya berupa sayur-sayuran kepada warga secara gratis agar kebutuhan mereka menjadi lebih mudah.

        Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian tersebut adalah, untuk berbagi bisa dilakukan dengan cara apapun yang penting halal dan siapapun bisa berbagi. Pengusaha, pedagang, dokter, guru, bahkan petani pun bisa berbagi. Bahwa hal besar selalu dimulai dari hal kecil. Berbagi tidak hanya tugas dari orang kaya, tapi berbagi adalah kewajiban kita, kewajiban semua manusia. Tak penting berapa nominal dan besaran yang kita berikan namun esensi berbagi yang sesungguhnya adalah bagaimana kita dengan tulus ikhlas menyadari bahwa apa yang kita punya adalah berkah dari Tuhan sang pencipta dan sudah semestinya kita berbagi berkah tersebut kepada sesama manusia di bumi bahkan kepada semua makhluk hidup di bumi ini.