Minggu, 19 April 2020

Etika dan Profesi Keguruan #12




Pertemuan minggu keduabelas
Ni Luh Sriyani (18413241001)
 
KEMANUSIAAN YANG MENYELAMATKAN MANUSIA 


Rabu, 15 April 2020 merupakan pertemuan minggu kedua belas untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan dan seperti biasa hari ini perkuliahan masih dilaksanakan secara daring mengingat penyebaran covid 19 di Indonesia semakin bertambah, tak hanya itu kampus juga mengeluarkan kebijakan tentang perpanjangan kuliah online berkaca dari situasi yang tidak memungkinkan untuk melaksakan perkuliahan tatap muka dalam waktu dekat. Hari ini saya akan bercerita tentang kegiatan yang mungkin bisa menjadi inspirasi dan teladan bagi sebagian orang. Jadi, ketika itu tepatnya hari minggu saya olahraga dengan teman-teman radius 300 meter dari rumah hehe. Nah ketika itu saya melihat kejadian yang membuat saya terharu. Bagaimana tidak, di pagi buta saya bertemu dengan seorang nenek-nenek yang membawa barang dagangan untuk dijual di pasar padahal saat itu pasar di desa saya ditutup karena wabah covid ini. Nenek itu terlihat membawa beras,sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk dijual, saya dan teman-teman mencoba menghampiri nenek itu sembari bertanya-tanya. 
“Nek mau jualan buah dimana, pasar kan tutup nek ?” (tanyaku),  “nenek mau jualan di sekitaran rumah warga nak.” (jawab neneknya).
“Nek bukannya kita disuruh diam di rumah aja biar gak kena virus corona nek.” (timpalku kembali).
“Begini nak,nenek ini petani beras, sayur,  dan buah. Nenek memilih untuk tetap bekerja dan menjual hasil panen ke warga karena kalau nenek diam dirumah aja mereka mau makan apa. Petani desa memang memilih untuk tetap bekerja karena bahan-bahan pangan seperti beras, sayur, buah, dll. dihasilkan dari bertani nak, kalau kami diam saja mereka(orang kota) mau makan apa.” (tutur nenek itu, kemudian berlalu menuju pasar, sementara kami melanjutkan aktivitas olahraga.)

Sesampainya saya di rumah setelah selesai olahraga, saya pun merenung dan berpikir bahwa ternyata apa yang dikatakan oleh nenek itu ada benarnya juga. Dalam situasi seperti ini terkadang harus ada orang-orang yang mau berkorban tetap bekerja demi terpenuhinya kebutuhan mendasar manusia untuk tetap bertahan hidup yaitu kebutuhan pokok kita yakni makanan. Sama halnya seperti para tenaga medis yang tidak mungkin dirumah aja karena mereka harus berjuang menyelamatkan ribuan orang yang terinfeksi virus meskipun mereka menyadari sepenuhnya bahwa resiko penularan sangat memungkinkan terjadi, tapi karena rasa kemanusiaan yang dimiliki dalam hati nurani setiap manusia membuat mereka untuk mau berjuang menolong sesama melawan pandemi covid 19 ini.  
Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian itu adalah, semoga setelah situasi kembali normal rasa kemanusiaan kita semakin terpupuk dan memanusiakan manusia menjadi sesuatu yang bagi kita tidak perlu berpikir panjang untuk melakukannya. Salam calon guru. :)

Senin, 13 April 2020

Etika dan Profesi Keguruan #11


Pertemuan minggu kesebelas
Ni Luh Sriyani (18413241001)


BANGKIT DARI PAHITNYA MASA LALU

Rabu, 08 April 2020 merupakan pertemuan kesebelas untuk mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan tentunya masih dengan perkuliahan online di tengah penyebaran wabah covid 19 yang semakin hari semakin meningkat.  Hari ini saya akan menceritakan pengalaman saya ketika bertemu dengan salah satu teman semasa SMP. Kami memang sudah lama tidak bersua sejak kami memutuskan untuk melanjutkan sekolah SMA maupun Universitas ke tempat yang berbeda. Dulunya ia adalah salah satu teman terbaik saya ketika duduk di bangku SMP dan berpisah selama kurang lebih 5 tahun untuk misi meraih cita-cita hehe. Saat kami bertemu untuk sekedar berbincang-bincang memang tidak terlihat adanya kecanggungan di antara kami meskipun ini adalah pertama kalinya kami bertemu secara langsung sejakk kami lulus SMP kala itu. Keakraban diantara saya dengan dia masih terasa begitu hangat, kami ngobrol tentang kesibukan masing-masing, berbincang tentang bagaimana serunya saya dan dia mengenyam pendidikan tinggi di kampus masing-masing, dan tentunya obrolan semakin asyik ketika kami sama-sama menceritakan tentang pahitnya putus cinta dari seseorang yang begitu kami sayang. Dia berkata bahwa perlu waktu yang lumayan lama untuk benar-benar sembuh dari penyakit yang obatnya hanyalah waktu. Penyakit itu tidak salah dan tidak lain adalah patah hati hmm. Sebenarnya saya juga ingin berbagi pengalaman dengan dia tentang patah hati yang saya alami tapi saya memilih untuk diam karena dia terlanjur ngoceh dengan ceritanya yang alhasil mewajibkan saya untuk menjadi pendengar yang baik atas cerita-cerita teman saya ini hehe. Dia pernah begitu terpuruk sejak kekasihnya memutuskan hubungannya karena memilih bersama orang lain, ia begitu terpuruk karena hubungan mereka sudah berlangsung lama yakni sekitar 2 tahun. Selain itu, ia pun sangat menyayangi pasangannya, namun apa mau dikata di separuh perjalanan hubungan mereka harus kandas karena orang ketiga. Namun teman saya bercerita bahwa meskipun perlu waktu yang lam untuk move on tapi pada akhirnya ia kembali bangkit dan menata kembali hidupnya, menuliskan kembali target-target hidup yang harus ia capai, dan alhsail hal tersebutlah yang berhasil mendorong teman saya berhasil keluar dari keterpurukan masa lalu yang kelam. Selain itu, ia menyadari bahwa kehidupan tidak akan berakhir hanya karena ditinggal pacar, karena selain pacar, masih ada begitu banyak orang yang menyayanginya. Ada keluarga, sahabat, saudara, dan banyak orang-orang yang begitu perhatian dengannya. 

Dari sana kita belajar bahwa terkadang masa lalu memang tak selalu indah namun terpuruk dengan kenangan buruk itu tak akan membuat hidup kita menjadi maju, hanya akan menambah goresan luka yang semakin dalam kalau kita tidak mau bangkit dn bergegas menata kehidupan kembali. Untuk itu, ketika ada yang memiliki pengalaman yang sama tentang masa lalu yang pahit, kita harus berani untuk bangkit dan kembali semangat menjalani kehidupan ini. Bersedih setelah kepergian orang yang kita cinta memang merupakan suatu hal yang wajar namun tentu bukanlah pilihan yang bijak jika kita terus-terusan larut dalam kesedihan itu. Ada saatnya kita harus belajar ikhlas melupakan apapun itu yang memang tak ditakdirkan untuk kita miliki dan kembali melangkah kedepan demi kehidupan yang lebih baik lagi.